annyeonghaseyo, hari ini aku mau berbagi sedikit cerita lebih spesifiknya sih cerita tentang kakakku tercinta. Yaah, aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Aku memiliki 1 kakak laki-laki dan 1 kakak perempuan, aku lebih dekat dengan kakak perempuan ku. Dia adalah kakak, teman, sahabat, orang tua dan guru bagiku. Dia mengajariku banyak hal, bagaimana menghadapi masalah dengan senyuman. Dia selalu berkata "Kebahagiaan jangan di cari tetapi bersyukurlah maka kamu akan mendapatkan kebahagiaan tanpa bersyukur kamu tidak akan merasakan bahagia". Hidupnya terasa begitu sempurna, dia begitu pandai menyelesaikan masalah yang ada. Untuk beberapa saat aku merasa iri padanya, semua orang begitu mencintainya (termasuk aku) kadang aku berfikir kalau dia meninggal bagaimana kehidupanku mendatang ?
Dia selalu ada saat aku butuh, ketika aku sendiri dan mencapai titik labil dalam hidupku hingga aku terjerumus dalam jurang yang begitu gelap dia yang merengkuh tubuhku, dia yang mengulurkan tangannya untuk meraihku, dia yang menjadi cahaya penerang hingga akhirnya aku mampu keluar dari jurang yang begitu dalam dan gelap itu. Itu pertama kalinya aku melihat dia menangis karna kesalahanku, karena kecerobohanku, karena kelabilanku. Dia menangis dan begitu marah padaku tapi aku tau dia marah karna dia menginginkan yang terbaik untukku. Aku masih ingat betul pertanyaan yang dia lontarkan yang sampai sekarang belum dapat ku jawab "Apa aku salah to dek ? aku salah didik kamu ? aku salah ngasih contoh ke kamu to ? kok kamu ki sampai kayak gini ? nek aku salah ngasih contoh bilang o ! Aku bakal ngrubah sikap, aku bakal ngasih contoh yang lebih baik" waktu itu rasanya hatiku seperti di hantam benda berat, nafasku terasa berat dan aku merasakan sesuatu membasahi pipiku. Di sepanjang jalan menuju sekolah aku hanya dapat terdiam menyesali perbuatan yang telah kulakukan, aku menangis. Aku tak sanggup melihat wajah sedih kakakku. Sejak saat itu dia selalu berhati-hati dalam bersikap, dia begitu menajagaku dia tidak ingin aku terjatuh seperti dulu lagi.
Ketika aku masuk SMK dan dia melihat pergaulanku yang bagus dia sedikit lega. Aku sempat mengeluh padanya karna jadwal sekolah ku yang begitu padat dan dia hanya menjawab "untung kamu masuk situ jadi jarang maen". Aku mulai sibuk dengan sekolah ku dan dia mulai sibuk dengan kuliahnya atau lebih tepatnya sibuk dengan berbagai macam organisasi yang digelutinya. Aku sempat marah karena dia jarang berada di rumah, aku marah karena dia tidak pernah ada lagi disisiku. Setiap pagi aku tidak melihat dia di rumah, siang sampai sore aku berada di sekolah, malam harinya aku berharap dapat bertemu dengannya tapi dia selalu pulang larut. Dia sering terlambat menjemputku, tapi lama kelamaan aku dapat memaklumi kesibukannya itu. Semua berjalan begitu adanya seperti air